KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT,
karena dengan limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat beriring salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada suri tauladan Nabi Muhammad SAW, dengan risalah
yang beliau sampaikan telah membawa manusia dari zaman Jahiliyah menuju zaman
Islamiyah serta kepada para keluarga Rosulullah, para sahabat, serta
orang-orang yang tetap istiqomah berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunnah.
Makalah ini merupakan sebuah laporan hasil
peneliti di Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) desa Takeran kecamatan
Takeran kabupaten Magetan, yang berisi tentang sejarah berdirinya pondok,
sistem pendidikan akhlak serta beberapa kegiatan yang ada di Pondok PSM, guna
untuk memenuhi tugas pada matakuliah Akhlak Tasawuf .
Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada
bapak Dr. H. Kharisuddin Aqib, M.A. selaku dosen matakuliah Akhlak Tasawuf yang
senantiasa membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan ketelatenan. Kemudian
kepada Kyai H. Zuhdi Tafsir yang telah berkenan memberikan penjelasan tentang
pondok PSM. Serta kepada para Santri pondok PSM dan semua pihak yang ikut
berperan dalam penyelesaian makalah ini, yang mana tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada
umumnya, dan bagi penulis pada khususnya, dan apabila dijumpai banyak kesalahan
dalam penulisan, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Tak ada gading yang tak retak, begitu pun
dengan makalah ini, pasti ada cacatnya. Jadi, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis butuhkan guna untuk kesempurnaan penulisan di waktu
yang akan datang.
Surabaya, 4 Juli 2012
Wahyu Eko Sasmito
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.
Imam
al-Ghazali mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
(manusia) yang melahirkan tindakan-tindakan mudah dan gampang tanpa memerlukan
pemikiran ataupun pertimbangan (Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya,
2011:2).
Ahmad Amin merupakan seorang sosok pakar akhlak modern, menyatakan bahwa
sebagian ulama’ mendefinisikan akhlak sebagai kehendak yang dibiasakan,
maksudnya, apabila kehendak itu sudah menjadi suatu kebiasaan maka itulah yang
dinamakan akhlak.
Jadi, akhlak merupakan tindakan yang dilakukan manusia tanpa melalui
pertimbangan tertentu sebelumnya, dan muncul menjadi suatu kebiasaan. Nah,
dalam hal ini tindakan (perbuatan) yang dilakukan manusia menjelma menjadi
parilaku kebiasaan yang mencerminkan karakter pribadi manusia tersebut.
Sedangkan perilaku yang terjadi secara spontanitas itu dapat berupa perilaku
yang baik maupun perilaku yang buruk sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan yang
telah dilakukan setiap harinya.
Semuanya itu terjadi karena adanya faktor yang memengaruhinya baik dari dalam
maupun dari luar misalnya, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakt, lingkungan
sekolah, dan lain sebagainya. Apabila lingkungan yang memngaruhinya itu memicu
untuk berakhlak baik maka akan terbentuk akhlak yang baik pula, begitu pun
sebaliknya. Untuk itu agar terbentuk suatu akhlak yang baik perlu adanya
pendidikan dalam pembentukan akhlak yang terpuji.
Berawal dari itu semua penulis mengadakan penelitian di Pondok Pesantren
Sabilil Muttaqien (PSM) terkait masalah sistem pendidikan akhlak yang
dikembangkan di sana.
B. Rumusan
Masalah
a. Bagaimana sejarah berdirinya dan perkembangannya
Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) Takeran, Magetan?
b. Bagaimana sistem pendidikan akhlak yang ada
di Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) Takeran, Magetan?
c. Kegiatan apa yang rutin dilaksanakan di
Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) Takeran, Magetan?
C. Tujuan
Penelitian
a. Untuk mengetahui sejarah berdirinya dan
perkembangannya Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) Takeran, Magetan.
b. Untuk mengetahui sistem pendidikan akhlak
yang ada di Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien.
c. Untuk mengetahui kegiatan rutin yang
dilaksanakan di Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) Takeran, Magetan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Berdirinya dan Perkembangannya Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM)
Takeran, Magetan.
Pondok
Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) ini tergolong pesantren yang sangat tua
umurnya yang berada di desa Takeran kecamatan Takeran kabupaten Magetan. Pondok
pesantren ini dirintis oleh Kyai Hasan Ulama’ dan dibantu oleh rekanya yaitu Kyai
Muhammad Ilyas pada tahun 1303 H, atau tahun 1880 M. Mereka berdua adalah tokoh
pemuka agama sekaligus ulama’ sufiyah yang sangat disegani oleh masyarakat di
daerahnya pada waktu itu, yakni di Takeran. Sebelumnya, Kyai Hasan Ulama’
adalah pengikut setia Pangeran Diponegoro yang ketika itu terjadi peperangan
melawan pasukan VOC. Kyai Khalifah (pangeran Kertapati) merupakan spiritual
pangeran Diponegoro sekaligus ayahanda dari Kyai Hasan Ulama’ turut serta dalam
peperangan tersebut. Sedangkan beliau sendiri melarikan diri ke arah daerah
Takeran. Sebelum tiba di Takeran, mereka singgah di daerah Tegalrejo, Ponorogo
dan sempat membangun semacam langgar di sana. Sesampainya di takeran, mereka
membangun sebuah pondok yang diberi nama pondok Takeran, yakni cikal bakal
pondok PSM.
Model
pendidikan pondok Takeran ini masih menggunakan sistem yang tradisisonal murni
(bandongan, sorogan, dan wetonan) dengan Kyai Hasan Ulama’ sebagai mursyid
(gurunya) dan berbasis tarekat Sathoriyah. Ribuan santri pun berdatangan dari
berbagai daerah untuk menimba ilmu sekaligus menjadi murid tarekat.
Kyai Hasan
Ulama’ wafat tahun 1920 M. Kemudian kepemimpinan pesantren diteruskan oleh Kyai
Imam Muttaqien yang merupakan putera sulungnya Kyai Hasan Ulama’. Model
pendidikanya pun masih bersifat tradisional murni sebagaimana model pendidikan
di masa Kyai Hasan Ulama’. Beliau memimpin pondok hingga tahun 1936.
Setelah Kyai
Imam Muttaqien wafat, kepemimpinan pondok diteruskan oleh puteranya yang
bernama Kyai Imam Mursyid Muttaqien. Pada masa kepemimpinan beliaulah terjadi
pembaharuan dan modernisasi, yang semula bernama pondok Takeran diganti menjadi
Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) pada tanggal 16 September 1943. Model
pendidikanya pun sudah selangkah menuju ke arah modernisasi, yakni memadukan
sistem pendidikan tradisional dengan sistem yang modern, sehingga pada periode
ini dikenal pendidikan dengan sistem “Kulliatul Muallimin” yang ditandai dengan
munculnya lembaga pendidikan formal seperti sekolah-sekolah dan
madrasah-madrasah. Meskipun demikian, PSM masih tetap memegang tradisi tarekat
Sathoriyah sebagaimana halnya pondok Takeran. Dan di era ini sebuah sistem
pengelolaan pesantren lebih terbuka dan mulai dikenalkan pada khalayak umum,
sehingga pesantren tidak hanya mengandalkan karisma/ketokohan figure saja,
tetapi diperkuat dengan sistem yang terorganisir, melalui sebuah perencanaan yang sistematis
dan simultan. Maka sejak periode ini, PSM melalui alumni yang berasal dari
berbagai daerah mendirikan cabang-cabang PSM, dengan pilar utamanya tetap
berbasis pendidikan. Sampai sekarang ini PSM memiliki 99 cabang, yang tersebar
di seluruh negara Indonesia.
Khususnya
Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) Takeran, Magetan sekarang ini diasuh
oleh Kyai H. Zuhdi Tafsir. Beliau merupakan orang yang keras, tegas, bijaksana,
serta bertanggung jawab. Beliau ini menumbuhkan aura salafi kembali di pondok
ini sejak tahun 2010 M. Karena beliau merasa bahwa para santri telah
mengesampingkan kegiatan yang ada di pondok, mereka lebih mementingkan kegiatan
yang dilaksanakan di sekolah daripada kegiatan yang ada di pondok. Jadi,
keilmuan para santri dalam bidang keagamaan sangat minim. Ini semua sudah tidak
sesuai dengan tujuan didirikanya pondok PSM yang mana ingin memancarkan pendidikan
yang seluas-luasnya tentang Islam serta memiliki jiwa yang cakap serta tinggi
kepahamannya tentang Islam.
Oleh karena itu, untuk memperbaiki keadaan
tersebut, beliau mendirikan madrasah diniyah yang pelajarannya khusus mengkaji
kitab-kitab kuning yang diberi nama dengan “COKRO KERTOPATI”. Dan Alhamdulillah, sekarang
ini sudah ada kemajuan dari yang sebelumnya.
B. Sistem
Pendidikan Akhlak di Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) Takeran, Magetan.
Sistem
pendidikan akhlak di pondok PSM ini unik dan berbeda dengan sistem pendidikan
di pondok-pondok yang lain, yang mana sistemnya yaitu hubungan antara Kyai,
Ustad dan Santri tidak ada jaraknya, maksudnya mereka sering sesrawungan
bersama, berbincang-bincang bersama, duduk-duduk nyantai bersama, shalawatan
bersama, dan masih banyak hal-hal lain yang dilakukan bersama-sama. Sehingga,
kita sebagai orang awam yang belum kenal dengan tradisi mereka akan sulit
membedakan antara Kyai, Ustad, dan Santri di saat mereka sedang kumpul bersama.
Meskipun demikian, tatakrama dan sopan santun para Santri kapada Ustad dan
Kyainya tetap dijaga, karena itu semua hukumnya wajib bagi para pencari ilmu
supaya ilmunya barokah di dunia dan akhiratnya.
Kyai H.
Zuhdi Tafsir mengatakan bahwa tradisi itu telah dilakukan sejak dulu hingga
sekarang karena merupakan wasiat dari Kyai Imam Mursyid Muttaqien yang intinya bahwa
anak cucu harus berpenampilan biasa dan tidak membatasi hubungan dengan Santrinya,
sehingga tidak memutus tersalurnya ilmu yang mereka miliki kepada para Santri.
Maksudnya, dengan seringnya sesrawungan bersama, Santri yang ingin
bertanya tentang suatu permasalahan kepada Kyai atau Ustadnya tidak merasa
sungkan atau minder lagi. Jadi, proses pentransferan ilmu dapat berjalan dengan
baik. Hal ini berbeda dari pondok-pondok yang lain, yang mana hubungan antara
Kyai, Ustad, dan Santri terasa masih ada pembatas di antara mereka,
samapai-sampai ketika Santri mengetahui Kyainya mau memanggil dirinya, mereka melarikan
diri terlebih dahulu. Semua ini dapat menjadi sebuah penghalang terhadap proses
pentransferan ilmu dari Kyai atau Ustad kepada Santrinya. Nah, inilah salah
satu alasan yang menyebabkan tradisi sesrawungan bersama ini terus
dilestarikan.
Selain
daripada itu, Kyai H. Zuhdi Tafsir selalu menyuruh kepada para Santri, keluarganya
serta para penduduk di sekitar pondok untuk tetap melaksanakan dawuh-dawuh
(wasiat) para sesepuh, yaitu: Kyai Hasan Ulama’ dan Kyai Imam Mursyid
Muttaqien. Berikut dawuh-dawuh dari para sesepuh:
a. Wasiat dari
Kyai Hasan Ulama’
1. Ojo kepingin
sugih, lan ojo wedi mlarat.
(Jangan berharap jadi orang kaya dan jangan
takut hidup miskin). Wasiat di atas dimaksudkan supaya kita sebagai umat islam
tidak terlalu memburu harta dan tidak juga meminta-minta jabatan.
2. Pilih
ngendi, sugih tanpo iman opo mlarat nanging iman.
(pilih mana, kaya tanpa iman apa miskin
tetapi beriman).
3. Ojo demen
ngudi pengaruhing pribadi (hawa nafsu), kang ono diopeni kanti tenanan, ojo
kesengsem gebyaring kadonyan, kanuragan lan pengawasan dudu tujuan. Topo ngrame
lakonono.
Maksudnya, kita sebagai umat islam itu
jangan menuruti hawa nafsu pada diri kita pribadi, bersyukurlah terhadap apa
yang kita miliki sekarang ini jangan sampai terlena dengan gemerlapnya dunia
ini. Kita sebagai umat islam harus selalu topo ngrame (dzikrullah)
selalu mengingat Allah.
4. Sumber
bening ora bakal golek timbo.
(sumber yang bening tak akan pernah mencari
timba). Maksudnya, dalam menjalani kehidupan kita tidak boleh hanya
menyia-nyiakan waktu hanya untuk mencari jabatan. Akan tetapi, kalau kita
diserahi tanggung jawab atas jabatan tertentu, amanat itu harus kita laksanakan.
5. Ojo demen
owah-owah tatanan poro sesepuh, wajibe mung ngopeni lan nglestareake.
Maksudnya, generasi penerus pondok
pesantren dilarang merubah semua tatanan yang sudah ditetapkan oleh para
sesepuh terdahulu, mereka hanya diwajibkan untuk merawat dan melestarikanya.
6. Ojo demen
nyunggi katoke mbahe, amal sholeh tindakno.
Maksudnya, generasi penerus itu dilarang
bangga terhadap kakeknya atau orang tuanya yang menjadi seorang pejabat atau
pun Kyai yang terpandang di masyarakat. Mereka tetap disuruh untuk menjalankan
amal sholih.
7. Nyawiji
naliko nindakake kautaman, pisah ing dalem kemaksiatan, ing tembe bakal ono
titi mangsane anak putu ono kang nemu emas sak jago gedhene, ananging iyo mung
kandeg semono iku imane.
Maksudnya, kita sebagai umat islam disuruh
untuk bersatu dalam melaksanakan perbuatan yang mulia (yang utama), dan
menghindari segala perbuatan maksiat.
8. Ora lewat
anak putuku sing guyub rukun, dipodo tansah ngrameake masjid, tak pangestoni
slamet dunyo akherat.
Artinya, tidak terlewatkan cucu-cucuku yang
selalu menjaga kerukunan, ayo sama-sama meramaikan masjid, dijamin akan selamat
dunia akhirat.
9. Ojo kendhat
tansah nindakake mujahadah taubat, koyo kang wis diparengake guru.
Maksudnya, generasi penerus disuruh untuk
selalu melaksanakan mujahadah taubat, seperti yang telah diajarkan oleh para
guru terdahulu.
b. Wasiat dari
Kyai Imam Mursyid Muttaqien
1. Warga PSM
kudu netepi mujahadah.
(warga PSM harus melaksanakan mujahadah)
2. Warga PSM
kudu ambelani ke PSM-ane.
( warga PSM itu harus menjalankan amar ma’ruf nahi
mungkar)
3. Warga PSM
kudu netepi komando akherat.
( warga PSM jika mendengar adzan harus segera pergi ke
masjid)
4. Warga PSM
kudu naati amar-amar PSM.
(warga PSM harus menaati perintah-perintah pondok PSM)
5. Warga PSM
kudu bersatu rukun manunggal.
(warga PSM itu harus bersatu menjadi satu)
6. Warga PSM
kudu wani ambrantas hawa nafsu.
(warga PSM itu harus berani memerangi hawa nafsunya)
7. Warga PSM
pirantine AL-Qur’an, tasbih, sajadah, dene gamane wesi aji (pusoko).
(warga PSM itu paralatanya yaitu, AL-Qur’an, tasbih, sajadah.
Sedangkan sejatanya adalah wesi aji (keris)
8. Warga PSM
ora keno njajal kabisane.
9. Warga PSM
marang lelakon iku kudu ditekakake marang kasampurnan.
(warga PSM itu apabila menjalankan sebuah usaha
misalnya menuntut ilmu harus dilakukan dengan sungguh-sungguh hingga mencapai
hasil yang sempurna)
10. Warga PSM
ora keno mberkahake kabisane.
11. Warga PSM
yen ono kepentingan cukup diwacakake sak kalimat.
(warga PSM apabila menghadapi sebuah masalah atau pun
kepentingan cukup dibacakan satu kalimat yaitu lafal “LAA ILAAHA ILLALLAH)”
12. Warga PSM
yen kepergok sambate……………..pimpinane.
(dulu warga PSM ini dikit-dikit mengeluh kepada Kyai Imam Mursyid Muttaqien)
13. Gaman wesi
aji yen ono gawe dihunus.
(senjata yang dimiliki tidak boleh digunakan untuk
pamer-pemeran, akan tetapi jika ada kaharusan untuk menggunakan baru saja
dihunus)
14. Warga PSM
kudu biso iklas marang amale kabeh.
(warga PSM itu harus dapat ikhlas terhadap segala
amalnya)
15. Warga PSM
sing wis insaf, mongko durung dibengat kudu dilatih.
(warga PSM yang sudah insaf akan tetapi belum dibaiat
oleh sang guru harus dilatih terlebih dahulu)
16. Warga PSM
ojo mamang-mamang, asal taat ke PSM-ane menowo sekarat pati, senajan durung
dibengat INSYAALLAH, gusti Allah piambak kang bakal nulungi.
(warga PSM itu harus yakin tidak boleh ragu-ragu akan
keselamatanya di dunia maupun akhiratnya, yang terpenting yaitu melakukan amar
ma’ruf nahi munkar. Dengan itu, insyallah Allah sendiri yang menolong mereka
meskipun mereka belum dibaiat)
17. Warga PSM
kudu gelem dadi jagae PSM.
(warga PSM harus mau menjadi benteng atau pembela PSM)
18. Warga PSM
yen diomongi kebecikan kudu digugu senajan sing omong kuwi ora shalat.
(warga PSM itu harus menuruti terhadap semua omongan
atau nasihat yang baik meskipun orang yang bicara itu tidak melakukan shalat).
Salah satu santri PSM mengatakan bahwa wasiat ini ibarat “emas yang keluar dari
mulut anjing pun akan tetap berupa emas”. Selain daripada itu wasiat ini juga
sesuai dengan hadits Nabi “undhur maa qaala walaa tandhur manqaala”.
Wasiat-wasiat itulah yang menjadi sebuah pembelajaran dalam menjalani
kehidupan ini, termasuk di dalamnya yaitu menyangkut masalah pendidikan akhlak
di pondok PSM. Disamping itu semua, para Santri juga diajari beberapa kitab
kuning yang di dalamnya membahas tentang masalah akhlak yaitu: kitab
Wasiatul Mustafa, Taisirul Khalaq, Nashoikhul ‘ibad, dan Akhlaqulil Banin.
Semua ini merupakan sebuah sistem pembelajaran akhlak pada pondok pesantren
Sabilil Muttaqien (PSM).
C. Kegiatan
Rutin dari Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) Takeran, Magetan.
1. Kegiatan Harian
a. Kegiatan belejar-mengajar
b. Apel pagi dan sore.
2. Kegiatan Mingguan
a. Muhadhoroh, dilaksanakan setiap hari sabtu
malam minggu.
b. Ratibul Hadad, dilaksanakan setiap malam
jum’at ba’da shalat magrib samapi isa’.
c. Dibaiyah, dilaksanakan setiap malam jum’at
ba’da shalat isa’ hingga kurang lebih pukul 23.00 WIB. Setelah itu, dilanjutkan
ngaji (surat yasin,ar-rahman, al-waq’ah, al-mulk) di makam Kyai Hasan Ulama’
secara bergantian sampai adzan subuh.
3. Kegiatan Bulanan
a. Mujahadah
Kegiatan ini dilaksanakan setiap malam minggu wage
yang diikuti oleh seluruh santri dan warga sekitar pondok, dalam mujahadah ini
amalan-amalan yang dilakukan yaitu: dimulai dari shalat magrib, shalat ba’da
magrib, shalat awabin, shalat tasbih, shalat hajad, shalat isa’, shalat taubat,
shalat witir, dzikir bersama secara berurutan. Setelah itu, dilanjutkan dengan
khataman Al-Qur’an sampai asar keesokan harinya, yang mana dalam pembacaan juz
30 yang dilksanakan ba’da shalat asar ini dihadiri oleh seluruh warga sekitar
pondok dengan setiap rumah membawa bungkusan nasi, guna untuk makan bersama.
Kegiatan ini sangat bermanfaat dalam mempererat persaudaraan dan memperkuat
hubungan emosional antar warga serta dapat menjaga kerukunan antar anggota
masyarakat sekitar pondok.
4. Kegiatan Tahunan
a. Akhirussanah, dilaksanakan setiap akhir
tahun pembelajaran, yaitu perpisahan dengan santri kelas tiga yang baru saja
lulus.
BAB III
PENUTUP
Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) terletak
di desa Takeran kecamatan Takeran kabupaten Magetan merupakan pondok yang
umurnya tergolong sudah tua. Pondok ini dirintis oleh Kyai Hasan Ulama’ dan
Kyai Muhammad Ilyas pada tahun 1880 M atau 1303 H yang semula bernama pondok
Takeran dan berbasis tarekat Sathoriyah. Model pendidikanya pun masih bersifat
tradisional (bandongan, sorogan, wetonan) yang mana Kyai Hasan Ulama’ sebagai
musyidnya. Kemudian setelah wafat pada tahun 1920 M kepemimpinan pesantren
diteruskan oleh puteranya yang bernama Kyai Imam Muttaqien, model pendidikanya
pun masih bersifat tradisional dan berbasis tarekat Sathoriyah. Beliau wafat
pada tahun 1936 M.
Kemudian kepemimpinan pesantren dilanjutkan
oleh putranya yang bernama Kyai Imam Mursyid Muttaqien. Nah, pada masa
kepemimpinan beliau inilah pondok Takeran berubah menjadi Pondok Pesantren
Sabilil Muttaqien (PSM) pada tanggal 16 September 1943. Sistem pendidikannya
pun sudah selangkah menuju ke arah modernisasi, yakni memadukan sistem
pendidikan tradisional dengan sistem yang modern, sehingga pada periode ini
dikenal pendidikan dengan sistem “Kulliatul Muallimin” yang ditandai dengan
munculnya lembaga pendidikan formal seperti sekolah-sekolah dan
madrasah-madrasah. Meskipun demikian, PSM masih tetap memegang tradisi tarekat
Sathoriyah sebagaimana halnya pondok Takeran.
Sistem pendidikan akhlahnya pun unik, berbeda dengan
pondok-pondok lain. Hubungan antara Kyai, Ustad, Santri itu tidak ada batasnya,
mereka sering sesrawungan bersama, shalawatan bersama, ngaji bersama,
dan masih bnyak hal-hal lain yang dilakukan bersama. Sehingga dengan tradisi
yang demikian, proses pentransferan ilmu dari Kyai atau Ustad kepeda Santrinya
dapat berjalan dengan baik karena para Santri tidak merasa sungkan atau minder
lagi apabila mau menanyakan sebuah permasalahan kapada Kyai atau Ustadnya.
Meskipun demikian, tatakrama dan sopan santun para Santri kapada Ustad dan
Kyainya tetap dijaga, karena itu semua hukumnya wajib bagi para pencari ilmu
supaya ilmunya barokah di dunia dan akhiratnya.
Selain daripada itu, nasihat yang
mengharuskan melaksanakan dawuh-dawuh para sesepuh dalam menjalani kehidupan
serta pengajian kitab kuning yang di dalamnya membahas tentang pendidikan
akhlak juga merupakan salah satu pendidikan akhlak di pondok PSM ini. Kegiatan
yang diadakan pun juga mengandung unsur pendidikan akhlak bagi para Santri dan
seluruh warga di sekitar pondok PSM tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya. 2011. Akhlak Tasawuf. Surabaya: IAIN SA Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar