Selasa, 06 November 2012

Laporan Hasil Penelitian Sistem Pendidikan Akhlak Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) di Desa Takeran Kecamatan Takeran Kabupaten Magetan


KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat beriring salam semoga senantiasa tercurahkan kepada suri tauladan Nabi Muhammad SAW, dengan risalah yang beliau sampaikan telah membawa manusia dari zaman Jahiliyah menuju zaman Islamiyah serta kepada para keluarga Rosulullah, para sahabat, serta orang-orang yang tetap istiqomah berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunnah.
Makalah ini merupakan sebuah laporan hasil peneliti di Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) desa Takeran kecamatan Takeran kabupaten Magetan, yang berisi tentang sejarah berdirinya pondok, sistem pendidikan akhlak serta beberapa kegiatan yang ada di Pondok PSM, guna untuk memenuhi tugas pada matakuliah Akhlak Tasawuf .
Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada bapak Dr. H. Kharisuddin Aqib, M.A. selaku dosen matakuliah Akhlak Tasawuf yang senantiasa membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan ketelatenan. Kemudian kepada Kyai H. Zuhdi Tafsir yang telah berkenan memberikan penjelasan tentang pondok PSM. Serta kepada para Santri pondok PSM dan semua pihak yang ikut berperan dalam penyelesaian makalah ini, yang mana tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya, dan bagi penulis pada khususnya, dan apabila dijumpai banyak kesalahan dalam penulisan, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Tak ada gading yang tak retak, begitu pun dengan makalah ini, pasti ada cacatnya. Jadi, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis butuhkan guna untuk kesempurnaan penulisan di waktu yang akan datang.
Surabaya, 4 Juli 2012

 Wahyu Eko Sasmito






BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.
Imam al-Ghazali mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia) yang melahirkan tindakan-tindakan mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikiran ataupun pertimbangan (Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2011:2).
Ahmad Amin merupakan seorang sosok pakar akhlak modern, menyatakan bahwa sebagian ulama’ mendefinisikan akhlak sebagai kehendak yang dibiasakan, maksudnya, apabila kehendak itu sudah menjadi suatu kebiasaan maka itulah yang dinamakan akhlak.
Jadi, akhlak merupakan tindakan yang dilakukan manusia tanpa melalui pertimbangan tertentu sebelumnya, dan muncul menjadi suatu kebiasaan. Nah, dalam hal ini tindakan (perbuatan) yang dilakukan manusia menjelma menjadi parilaku kebiasaan yang mencerminkan karakter pribadi manusia tersebut. Sedangkan perilaku yang terjadi secara spontanitas itu dapat berupa perilaku yang baik maupun perilaku yang buruk sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan yang telah dilakukan setiap harinya.
Semuanya itu terjadi karena adanya faktor yang memengaruhinya baik dari dalam maupun dari luar misalnya, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakt, lingkungan sekolah, dan lain sebagainya. Apabila lingkungan yang memngaruhinya itu memicu untuk berakhlak baik maka akan terbentuk akhlak yang baik pula, begitu pun sebaliknya. Untuk itu agar terbentuk suatu akhlak yang baik perlu adanya pendidikan dalam pembentukan akhlak yang terpuji.
Berawal dari itu semua penulis mengadakan penelitian di Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) terkait masalah sistem pendidikan akhlak yang dikembangkan di sana.

B.     Rumusan Masalah
a.       Bagaimana sejarah berdirinya dan perkembangannya Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) Takeran, Magetan?
b.      Bagaimana sistem pendidikan akhlak yang ada di Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) Takeran, Magetan?
c.       Kegiatan apa yang rutin dilaksanakan di Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) Takeran, Magetan?
C.    Tujuan Penelitian
a.       Untuk mengetahui sejarah berdirinya dan perkembangannya Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) Takeran, Magetan.
b.      Untuk mengetahui sistem pendidikan akhlak yang ada di Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien.
c.       Untuk mengetahui kegiatan rutin yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) Takeran, Magetan.



BAB II
PEMBAHASAN


A.    Sejarah Berdirinya dan Perkembangannya Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) Takeran, Magetan.
Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) ini tergolong pesantren yang sangat tua umurnya yang berada di desa Takeran kecamatan Takeran kabupaten Magetan. Pondok pesantren ini dirintis oleh Kyai Hasan Ulama’ dan dibantu oleh rekanya yaitu Kyai Muhammad Ilyas pada tahun 1303 H, atau tahun 1880 M. Mereka berdua adalah tokoh pemuka agama sekaligus ulama’ sufiyah yang sangat disegani oleh masyarakat di daerahnya pada waktu itu, yakni di Takeran. Sebelumnya, Kyai Hasan Ulama’ adalah pengikut setia Pangeran Diponegoro yang ketika itu terjadi peperangan melawan pasukan VOC. Kyai Khalifah (pangeran Kertapati) merupakan spiritual pangeran Diponegoro sekaligus ayahanda dari Kyai Hasan Ulama’ turut serta dalam peperangan tersebut. Sedangkan beliau sendiri melarikan diri ke arah daerah Takeran. Sebelum tiba di Takeran, mereka singgah di daerah Tegalrejo, Ponorogo dan sempat membangun semacam langgar di sana. Sesampainya di takeran, mereka membangun sebuah pondok yang diberi nama pondok Takeran, yakni cikal bakal pondok PSM.
Model pendidikan pondok Takeran ini masih menggunakan sistem yang tradisisonal murni (bandongan, sorogan, dan wetonan) dengan Kyai Hasan Ulama’ sebagai mursyid (gurunya) dan berbasis tarekat Sathoriyah. Ribuan santri pun berdatangan dari berbagai daerah untuk menimba ilmu sekaligus menjadi murid tarekat.
Kyai Hasan Ulama’ wafat tahun 1920 M. Kemudian kepemimpinan pesantren diteruskan oleh Kyai Imam Muttaqien yang merupakan putera sulungnya Kyai Hasan Ulama’. Model pendidikanya pun masih bersifat tradisional murni sebagaimana model pendidikan di masa Kyai Hasan Ulama’. Beliau memimpin pondok hingga tahun 1936.
Setelah Kyai Imam Muttaqien wafat, kepemimpinan pondok diteruskan oleh puteranya yang bernama Kyai Imam Mursyid Muttaqien. Pada masa kepemimpinan beliaulah terjadi pembaharuan dan modernisasi, yang semula bernama pondok Takeran diganti menjadi Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) pada tanggal 16 September 1943. Model pendidikanya pun sudah selangkah menuju ke arah modernisasi, yakni memadukan sistem pendidikan tradisional dengan sistem yang modern, sehingga pada periode ini dikenal pendidikan dengan sistem “Kulliatul Muallimin” yang ditandai dengan munculnya lembaga pendidikan formal seperti sekolah-sekolah dan madrasah-madrasah. Meskipun demikian, PSM masih tetap memegang tradisi tarekat Sathoriyah sebagaimana halnya pondok Takeran. Dan di era ini sebuah sistem pengelolaan pesantren lebih terbuka dan mulai dikenalkan pada khalayak umum, sehingga pesantren tidak hanya mengandalkan karisma/ketokohan figure saja, tetapi diperkuat dengan sistem yang terorganisir,  melalui sebuah perencanaan yang sistematis dan simultan. Maka sejak periode ini, PSM melalui alumni yang berasal dari berbagai daerah mendirikan cabang-cabang PSM, dengan pilar utamanya tetap berbasis pendidikan. Sampai sekarang ini PSM memiliki 99 cabang, yang tersebar di seluruh negara Indonesia.
Khususnya Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) Takeran, Magetan sekarang ini diasuh oleh Kyai H. Zuhdi Tafsir. Beliau merupakan orang yang keras, tegas, bijaksana, serta bertanggung jawab. Beliau ini menumbuhkan aura salafi kembali di pondok ini sejak tahun 2010 M. Karena beliau merasa bahwa para santri telah mengesampingkan kegiatan yang ada di pondok, mereka lebih mementingkan kegiatan yang dilaksanakan di sekolah daripada kegiatan yang ada di pondok. Jadi, keilmuan para santri dalam bidang keagamaan sangat minim. Ini semua sudah tidak sesuai dengan tujuan didirikanya pondok PSM yang mana ingin memancarkan pendidikan yang seluas-luasnya tentang Islam serta memiliki jiwa yang cakap serta tinggi kepahamannya tentang Islam.
Oleh karena itu, untuk memperbaiki keadaan tersebut, beliau mendirikan madrasah diniyah yang pelajarannya khusus mengkaji kitab-kitab kuning yang diberi nama dengan “COKRO KERTOPATI”. Dan Alhamdulillah, sekarang ini sudah ada kemajuan dari yang sebelumnya.

B.     Sistem Pendidikan Akhlak di Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) Takeran, Magetan.
Sistem pendidikan akhlak di pondok PSM ini unik dan berbeda dengan sistem pendidikan di pondok-pondok yang lain, yang mana sistemnya yaitu hubungan antara Kyai, Ustad dan Santri tidak ada jaraknya, maksudnya mereka sering sesrawungan bersama, berbincang-bincang bersama, duduk-duduk nyantai bersama, shalawatan bersama, dan masih banyak hal-hal lain yang dilakukan bersama-sama. Sehingga, kita sebagai orang awam yang belum kenal dengan tradisi mereka akan sulit membedakan antara Kyai, Ustad, dan Santri di saat mereka sedang kumpul bersama. Meskipun demikian, tatakrama dan sopan santun para Santri kapada Ustad dan Kyainya tetap dijaga, karena itu semua hukumnya wajib bagi para pencari ilmu supaya ilmunya barokah di dunia dan akhiratnya.
Kyai H. Zuhdi Tafsir mengatakan bahwa tradisi itu telah dilakukan sejak dulu hingga sekarang karena merupakan wasiat dari Kyai Imam Mursyid Muttaqien yang intinya bahwa anak cucu harus berpenampilan biasa dan tidak membatasi hubungan dengan Santrinya, sehingga tidak memutus tersalurnya ilmu yang mereka miliki kepada para Santri. Maksudnya, dengan seringnya sesrawungan bersama, Santri yang ingin bertanya tentang suatu permasalahan kepada Kyai atau Ustadnya tidak merasa sungkan atau minder lagi. Jadi, proses pentransferan ilmu dapat berjalan dengan baik. Hal ini berbeda dari pondok-pondok yang lain, yang mana hubungan antara Kyai, Ustad, dan Santri terasa masih ada pembatas di antara mereka, samapai-sampai ketika Santri mengetahui Kyainya mau memanggil dirinya, mereka melarikan diri terlebih dahulu. Semua ini dapat menjadi sebuah penghalang terhadap proses pentransferan ilmu dari Kyai atau Ustad kepada Santrinya. Nah, inilah salah satu alasan yang menyebabkan tradisi sesrawungan bersama ini terus dilestarikan.
Selain daripada itu, Kyai H. Zuhdi Tafsir selalu menyuruh kepada para Santri, keluarganya serta para penduduk di sekitar pondok untuk tetap melaksanakan dawuh-dawuh (wasiat) para sesepuh, yaitu: Kyai Hasan Ulama’ dan Kyai Imam Mursyid Muttaqien. Berikut dawuh-dawuh dari para sesepuh:
a.    Wasiat dari Kyai Hasan Ulama’
1.      Ojo kepingin sugih, lan ojo wedi mlarat.
(Jangan berharap jadi orang kaya dan jangan takut hidup miskin). Wasiat di atas dimaksudkan supaya kita sebagai umat islam tidak terlalu memburu harta dan tidak juga meminta-minta jabatan.
2.      Pilih ngendi, sugih tanpo iman opo mlarat nanging iman.
(pilih mana, kaya tanpa iman apa miskin tetapi beriman).
3.      Ojo demen ngudi pengaruhing pribadi (hawa nafsu), kang ono diopeni kanti tenanan, ojo kesengsem gebyaring kadonyan, kanuragan lan pengawasan dudu tujuan. Topo ngrame lakonono.
Maksudnya, kita sebagai umat islam itu jangan menuruti hawa nafsu pada diri kita pribadi, bersyukurlah terhadap apa yang kita miliki sekarang ini jangan sampai terlena dengan gemerlapnya dunia ini. Kita sebagai umat islam harus selalu topo ngrame (dzikrullah) selalu mengingat Allah.
4.      Sumber bening ora bakal golek timbo.
(sumber yang bening tak akan pernah mencari timba). Maksudnya, dalam menjalani kehidupan kita tidak boleh hanya menyia-nyiakan waktu hanya untuk mencari jabatan. Akan tetapi, kalau kita diserahi tanggung jawab atas jabatan tertentu, amanat itu harus kita laksanakan.
5.      Ojo demen owah-owah tatanan poro sesepuh, wajibe mung ngopeni lan nglestareake.
Maksudnya, generasi penerus pondok pesantren dilarang merubah semua tatanan yang sudah ditetapkan oleh para sesepuh terdahulu, mereka hanya diwajibkan untuk merawat dan melestarikanya.
6.      Ojo demen nyunggi katoke mbahe, amal sholeh tindakno.
Maksudnya, generasi penerus itu dilarang bangga terhadap kakeknya atau orang tuanya yang menjadi seorang pejabat atau pun Kyai yang terpandang di masyarakat. Mereka tetap disuruh untuk menjalankan amal sholih.
7.      Nyawiji naliko nindakake kautaman, pisah ing dalem kemaksiatan, ing tembe bakal ono titi mangsane anak putu ono kang nemu emas sak jago gedhene, ananging iyo mung kandeg semono iku imane.
Maksudnya, kita sebagai umat islam disuruh untuk bersatu dalam melaksanakan perbuatan yang mulia (yang utama), dan menghindari segala perbuatan maksiat.
8.      Ora lewat anak putuku sing guyub rukun, dipodo tansah ngrameake masjid, tak pangestoni slamet dunyo akherat.
Artinya, tidak terlewatkan cucu-cucuku yang selalu menjaga kerukunan, ayo sama-sama meramaikan masjid, dijamin akan selamat dunia akhirat.
9.      Ojo kendhat tansah nindakake mujahadah taubat, koyo kang wis diparengake guru.
Maksudnya, generasi penerus disuruh untuk selalu melaksanakan mujahadah taubat, seperti yang telah diajarkan oleh para guru terdahulu.
b.   Wasiat dari Kyai Imam Mursyid Muttaqien
1.      Warga PSM kudu netepi mujahadah.
(warga PSM harus melaksanakan mujahadah)
2.      Warga PSM kudu ambelani ke PSM-ane.
( warga PSM itu harus menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar)
3.      Warga PSM kudu netepi komando akherat.
( warga PSM jika mendengar adzan harus segera pergi ke masjid)
4.      Warga PSM kudu naati amar-amar PSM.
(warga PSM harus menaati perintah-perintah pondok PSM)
5.      Warga PSM kudu bersatu rukun manunggal.
(warga PSM itu harus bersatu menjadi satu)
6.      Warga PSM kudu wani ambrantas hawa nafsu.
(warga PSM itu harus berani memerangi hawa nafsunya)
7.      Warga PSM pirantine AL-Qur’an, tasbih, sajadah, dene gamane wesi aji (pusoko).
(warga PSM itu paralatanya yaitu, AL-Qur’an, tasbih, sajadah. Sedangkan sejatanya adalah wesi aji (keris)
8.      Warga PSM ora keno njajal kabisane.
9.      Warga PSM marang lelakon iku kudu ditekakake marang kasampurnan.
(warga PSM itu apabila menjalankan sebuah usaha misalnya menuntut ilmu harus dilakukan dengan sungguh-sungguh hingga mencapai hasil yang sempurna)
10.  Warga PSM ora keno mberkahake kabisane.
11.  Warga PSM yen ono kepentingan cukup diwacakake sak kalimat.
(warga PSM apabila menghadapi sebuah masalah atau pun kepentingan cukup dibacakan satu kalimat yaitu lafal “LAA ILAAHA ILLALLAH)”
12.  Warga PSM yen kepergok sambate……………..pimpinane.
(dulu warga PSM ini dikit-dikit  mengeluh kepada Kyai Imam Mursyid Muttaqien)
13.  Gaman wesi aji yen ono gawe dihunus.
(senjata yang dimiliki tidak boleh digunakan untuk pamer-pemeran, akan tetapi jika ada kaharusan untuk menggunakan baru saja dihunus)
14.  Warga PSM kudu biso iklas marang amale kabeh.
(warga PSM itu harus dapat ikhlas terhadap segala amalnya)
15.  Warga PSM sing wis insaf, mongko durung dibengat kudu dilatih.
(warga PSM yang sudah insaf akan tetapi belum dibaiat oleh sang guru harus dilatih terlebih dahulu)
16.  Warga PSM ojo mamang-mamang, asal taat ke PSM-ane menowo sekarat pati, senajan durung dibengat INSYAALLAH, gusti Allah piambak kang bakal nulungi.
(warga PSM itu harus yakin tidak boleh ragu-ragu akan keselamatanya di dunia maupun akhiratnya, yang terpenting yaitu melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Dengan itu, insyallah Allah sendiri yang menolong mereka meskipun mereka belum dibaiat)
17.  Warga PSM kudu gelem dadi jagae PSM.
(warga PSM harus mau menjadi benteng atau pembela PSM)
18.  Warga PSM yen diomongi kebecikan kudu digugu senajan sing omong kuwi ora shalat.
(warga PSM itu harus menuruti terhadap semua omongan atau nasihat yang baik meskipun orang yang bicara itu tidak melakukan shalat). Salah satu santri PSM mengatakan bahwa wasiat ini ibarat “emas yang keluar dari mulut anjing pun akan tetap berupa emas”. Selain daripada itu wasiat ini juga sesuai dengan hadits Nabi “undhur maa qaala walaa tandhur manqaala”.
Wasiat-wasiat itulah yang menjadi sebuah pembelajaran dalam menjalani kehidupan ini, termasuk di dalamnya yaitu menyangkut masalah pendidikan akhlak di pondok PSM. Disamping itu semua, para Santri juga diajari beberapa kitab kuning yang di dalamnya membahas tentang masalah akhlak yaitu: kitab Wasiatul Mustafa, Taisirul Khalaq, Nashoikhul ‘ibad, dan Akhlaqulil Banin. Semua ini merupakan sebuah sistem pembelajaran akhlak pada pondok pesantren Sabilil Muttaqien (PSM).
C.    Kegiatan Rutin dari Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) Takeran, Magetan.
1.      Kegiatan Harian
a.       Kegiatan belejar-mengajar
b.      Apel pagi dan sore.
2.      Kegiatan Mingguan
a.       Muhadhoroh, dilaksanakan setiap hari sabtu malam minggu.
b.      Ratibul Hadad, dilaksanakan setiap malam jum’at ba’da shalat magrib samapi isa’.
c.       Dibaiyah, dilaksanakan setiap malam jum’at ba’da shalat isa’ hingga kurang lebih pukul 23.00 WIB. Setelah itu, dilanjutkan ngaji (surat yasin,ar-rahman, al-waq’ah, al-mulk) di makam Kyai Hasan Ulama’ secara bergantian sampai adzan subuh.
3.      Kegiatan Bulanan
a.       Mujahadah
Kegiatan ini dilaksanakan setiap malam minggu wage yang diikuti oleh seluruh santri dan warga sekitar pondok, dalam mujahadah ini amalan-amalan yang dilakukan yaitu: dimulai dari shalat magrib, shalat ba’da magrib, shalat awabin, shalat tasbih, shalat hajad, shalat isa’, shalat taubat, shalat witir, dzikir bersama secara berurutan. Setelah itu, dilanjutkan dengan khataman Al-Qur’an sampai asar keesokan harinya, yang mana dalam pembacaan juz 30 yang dilksanakan ba’da shalat asar ini dihadiri oleh seluruh warga sekitar pondok dengan setiap rumah membawa bungkusan nasi, guna untuk makan bersama. Kegiatan ini sangat bermanfaat dalam mempererat persaudaraan dan memperkuat hubungan emosional antar warga serta dapat menjaga kerukunan antar anggota masyarakat sekitar pondok.
4.      Kegiatan Tahunan
a.       Akhirussanah, dilaksanakan setiap akhir tahun pembelajaran, yaitu perpisahan dengan santri kelas tiga yang baru saja lulus.


BAB III
PENUTUP

Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) terletak di desa Takeran kecamatan Takeran kabupaten Magetan merupakan pondok yang umurnya tergolong sudah tua. Pondok ini dirintis oleh Kyai Hasan Ulama’ dan Kyai Muhammad Ilyas pada tahun 1880 M atau 1303 H yang semula bernama pondok Takeran dan berbasis tarekat Sathoriyah. Model pendidikanya pun masih bersifat tradisional (bandongan, sorogan, wetonan) yang mana Kyai Hasan Ulama’ sebagai musyidnya. Kemudian setelah wafat pada tahun 1920 M kepemimpinan pesantren diteruskan oleh puteranya yang bernama Kyai Imam Muttaqien, model pendidikanya pun masih bersifat tradisional dan berbasis tarekat Sathoriyah. Beliau wafat pada tahun 1936 M.
Kemudian kepemimpinan pesantren dilanjutkan oleh putranya yang bernama Kyai Imam Mursyid Muttaqien. Nah, pada masa kepemimpinan beliau inilah pondok Takeran berubah menjadi Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) pada tanggal 16 September 1943. Sistem pendidikannya pun sudah selangkah menuju ke arah modernisasi, yakni memadukan sistem pendidikan tradisional dengan sistem yang modern, sehingga pada periode ini dikenal pendidikan dengan sistem “Kulliatul Muallimin” yang ditandai dengan munculnya lembaga pendidikan formal seperti sekolah-sekolah dan madrasah-madrasah. Meskipun demikian, PSM masih tetap memegang tradisi tarekat Sathoriyah sebagaimana halnya pondok Takeran.
Sistem pendidikan akhlahnya pun unik, berbeda dengan pondok-pondok lain. Hubungan antara Kyai, Ustad, Santri itu tidak ada batasnya, mereka sering sesrawungan bersama, shalawatan bersama, ngaji bersama, dan masih bnyak hal-hal lain yang dilakukan bersama. Sehingga dengan tradisi yang demikian, proses pentransferan ilmu dari Kyai atau Ustad kepeda Santrinya dapat berjalan dengan baik karena para Santri tidak merasa sungkan atau minder lagi apabila mau menanyakan sebuah permasalahan kapada Kyai atau Ustadnya. Meskipun demikian, tatakrama dan sopan santun para Santri kapada Ustad dan Kyainya tetap dijaga, karena itu semua hukumnya wajib bagi para pencari ilmu supaya ilmunya barokah di dunia dan akhiratnya.
Selain daripada itu, nasihat yang mengharuskan melaksanakan dawuh-dawuh para sesepuh dalam menjalani kehidupan serta pengajian kitab kuning yang di dalamnya membahas tentang pendidikan akhlak juga merupakan salah satu pendidikan akhlak di pondok PSM ini. Kegiatan yang diadakan pun juga mengandung unsur pendidikan akhlak bagi para Santri dan seluruh warga di sekitar pondok PSM tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya. 2011. Akhlak Tasawuf.  Surabaya: IAIN SA Press.




















Tidak ada komentar:

Posting Komentar