A. PENDAHULUAN
Berbahasa bukanlah kegiatan manusia yang berdiri sendiri, sebab
dalam kegiatan itu selalu tersangkut pula dengan kegiatan lainnya. Oleh karena
itu, dalam usaha memahami atau mempelajari bahasa, kita tidak cukup dengan
hanya memahami struktur bahasa itu saja, melainkan harus pula memahami
sangkut-paut bahasa itu dengan berbagai hal di luarnya. Apalagi, dalam memahami
terjadinya perubahan pada penggunaan serta terjadinya perkembangan bahasa yang ada di masyarakat, tentunya kita harus
mengetahui segala sesuatu yang ada di luar dari struktur bahasa itu sendiri.
Sebagaimana Dr. Yus Rusyana, mengutip pendapatnya Herry Hoijer (1984),
mengatakan bahwa ilmu linguistik sebagai ilmu bahasa tidak hanya berhubungan
dengan pemerian (deskripsi), sebab ini barulah langkah permulaan yang perlu
untuk menyusun generalisasi ilmiah atau aturan-aturan. Untuk memahami dan
membuat generalisasi tentang perubahan bahasa, kita harus memandang bahasa itu
sebagai bagian dari peristiwa perubahan budaya yang lebih luas.
Selanjutnya, Rusyana (Dalam Bahasa dan Sastra dalam Gamitan
Pendidikan, 1984), ia juga mengutip pendapatnya Einar Haugen, menghendaki
suatu studi yang meneliti saling adanya hubungan antara bahasa dan
lingkungannya yang disebut dengan istilah ekologi bahasa. Lingkungan yang
sesungguhnya dari suatu bahasa adalah masyarakat yang mempergunakan bahasa itu.
Bahasa terwujud dalam fikiran pemakainya dan hanya berfungsi dalam perhubungan
pemakai itu dengan sesamanya, yaitu dengan lingkungan masyarakatnya, dan dengan
lingkungan alamnya.
Segala sesuatu yang berhubungan dengan orang banyak (masyarakat)
pasti akan terjadi perubahan seiring dengan berubahnya zaman. Begitu juga
dengan bahasa, yang keberadaannya sangat urgen di masyarakat pasti akan
mengalami perubahan, baik dari segi penggunaannya maupun perkembangan atau
kemundurannya. Dan, di setiap perubahan itu selalu ada faktor yang menyebabkan
terjadinya perubahan tersebut.
Dalam makalah kali ini, penulis akan mencoba menguraikan beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi terhadap penggunaan dan perkembangan bahasa.
Secara umum, faktor yang dapat mempengaruhi terhadap penggunaan dan
perkembangan pada suatu bahasa adalah faktor internal dan eksternal dari
pengujar bahasa. Faktor internal, misalnya faktor intelegensi, jenis kelamin,
kelainan pada pengujar bahasa. Sedangkan, faktor eksternalnya, misalnya kondisi
lingungan, status sosial ekonomi si pengujar bahasa tersebut, dll.
B.
PEMBAHASAN
Terjadinya perubahan pada suatu bahasa, dalam hal ini yaitu
perubahan pada penggunaan dan perkembangan bahasa. Secara tidak kita sadari,
perubahan ini telah terjadi sejak kita masih anak-anak. Hal ini dikarenakan
beberapa faktor yang melatarbelakanginya. Diantaranya, yaitu faktor intelegensi
dan kondisi lingkungan dari anak tersebut.
1.
Faktor Intelegensi
Perkembangan bahasa itu sangat erat
hubungannya dengan intelegensi (kecerdasan) dan kecacatan (baik cacat pada
penglihatan, pendengaran, suara dan anggota tubuh) pada diri anak laki-laki
maupun perempuan. Pada umumnya, anak perempuan itu lebih dulu dapat berbicara
ketimbang anak laki-laki. Secara qodratnya, anak perempuan itu berbeda dengan
anak laki-laki dalam berbahasa. Keterlambatan berbahasa yang terjadi pada anak sangat
berhubungan erat dengan keadaan lingkungan dan level akal (kecerdasan) dari
anak tersebut.
Bahasa orang
yang buta dan tuli berbeda dengan bahasanya orang pada umumnya. Biasannya orang
yang buta, di dalam percakapannya cenderung banyak melontarkan pertanyaan
kepada lawan bicaranya. Kemudian dia hanya berfirasat bahwa orang-orang yang
berada di sekitarnya sedang mengamati kharokah-kharokah dan uslub-uslub
bahasanya. Sebab inilah yang dapat mempengaruhinya di dalam berbahasa.
Sedangkan, bahasa orang yang tuli biasanya cenderung pendek, ringkas dan
sederhana. Baginya, berbicara secara panjang lebar merupakan sebuah pantangan
keras, karena dapat menampakkan ketuliannya baik sebagian maupun
keseluruhannya.
2.
Kondisi Lingkungan
Penelitian
secara ilmiah menunjukkan adanya perbedaan dalam berbahasa bagi anak yang
terbiasa berhubungan langsung dengan masyarakat yang berekonomi tinggi dan
rendah. Bahasa anak yang terbiasa berhubungan dengan masyarakat yang berekonomi
tinggi biasanya cenderung lebih luas dan kuat dibandingkan dengan bahasa anak
yang terbiasa berinteraksi dengan masyarakat yang berekonomi rendah. Keduanya
ini menunjukkan adanya suatu perkembangan bahasa.
Hubungan dalam
bermasyarakat ini, tidak menuntut kemungkinan dapat mengakibatkan terjadinya
percampuran antara bahasa anak-anak dan bahasa orang dewasa. Dari sini, bahasa
akan lebih cepat berkembang. Bahasa orang dewasa yang baik itu lebih utama di
dalam memberikan pelajaran berbahasa pada anak. Proses ini sangat membantu
dirinya di dalam menggunakan kemampuan bahasanya.
Contoh di atas
memberikan perhatian tersendiri ketika kita akan membandingkan antara bahasanya
orang yang kembar, miskin dan yatim. Anak kembar cenderung menirukan bahasanya anak
kembar lainnya. Begitu pula dengan anak miskin, mereka menirukan bahasa anak
miskin lainnya. Hal inilah yang mengakibatkan keterlambatan berbahasa pada diri
mereka. Kemudian, mereka akan menghilangkan keterlambatannya itu ketika mereka
bergabung di sekolah dasar, karena disana mereka menemukan contoh-contoh bahasa
yang baik dan benar.
Untuk lebih mendalami topik pembahasan kali ini, ada baiknya kita
membahas secara khusus dan mendetail terhadap faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi penggunaan bahasa:
a.
Kecerdasan
Sebagaimana
dikatakan oleh Meed (1913: 460/484), pada umumnya seorang anak itu mulai dapat
berbicara ketika usianya mencapai 15,8 bulan. Dalam hal ini, seorang anak sudah
dapat melafalkan kalimat dengan benar dan dapat dipahami maknanya. Sedangkan
bagi anak yang akalnya lemah, mereka akan mengalami keterlambatan berbicara
sampai berusia 34,4 bulan.
Lain halnya dengan
Meed. Terman (1965), mengatakan bahwa anak laki-laki yang berbakat, mulai dapat
berbicara ketika mereka mencapai usia 11,7 bulan dan anak perempuan berbakat,
ketika berumur kira-kira 11 bulan.
Penghasilan
lafal yang didapat oleh anak-anak itu sangat erat kaitannya dengan kadar kecerdasan
yang dimilikinya. Sehingga, ada beberapa Ulama’ Psikologi yang mengasumsikan
bahwasanya hal tersebut merupakan dasar dari kecerdasan seorang anak.
b.
Lingkungan Sosial
Riset Gesel dan
Lord (1927, 1934: 339/356) pada anak-anak di daerah Riyad, menunjukkan bahwa
anak-anak yang tumbuh di lingkungan sosial yang baik mereka berbicara secara
langsung dan mengungkapkan pandangannya dengan jelas. Sedangkan anak-anak yang
tumbuh di lingkungan yang miskin mereka biasa berteriak, tertawa terbahak-bahak
(bermain dengan bebas) dan cenderung tidak banyak berdialog.
c.
Lingkungan Bahasa
Berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan
keluarga, terutama dengan orang tua yang mengajar, melatih, dan memberikan
contoh berbahasa kepada anak sangat mempengaruhi perkembangan bahasa anak.
Hubungan yang sehat antara orang tua dan anak (penuh perhatian dan kasih sayang
dari orang tuanya) memfasilitasi perkembangan bahasa anak, sedangkan hubungan
yang tidak sehat mengakibatkan anak akan mengalami kesulitan atau kelambatan
dalam perkembangan bahasanya.
Anak kecil selalu mengikuti
kebiasaan dalam mempelajari bahasa. Sebagai contohnya ketika orang-orang
terdekatnya (family) ada yang mengalami kecacatan dalam pengucapan (gagap) maka
hal tersebut akan mempengaruhi perkembangan bahasanya.
Anak kembar cenderung mengalami
keterlambatan perkembangan bahasa daripada anak lain seusianya, baik dari
bahasa yang diucapkan, kejelasan ungkapan, ataupun dalam mulai bicaranya.
Masyarakat Arab menyadari akan
pentingnya lingkungan bahasa. Oleh karena itu, mereka mengirim anak-anak mereka
ke daerah pedalaman untuk mempelajari bahasa asli yang belum tercampur dengan
bahasa asing.
d.
Penyakit
Smith
(1931-1939: 284/287) melakukan studi perbandingan antara dua anak kecil. Pertama terdiri dari anak yang terkena penyakit
sejak lahir. Sedangkan yang kedua terdiri dari anak yang mengalami gangguan
perkembangan bahasa karena faktor-faktor tertentu, bukan karena suatu penyakit.
Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa rata-rata anak kelompok pertama mulai bisa berbicara pada usia 11,1 bulan, dan kelompok
kedua pada usia 10,2 bulan.
Penyakit pada seorang anak yang terjadi sejak lahir akan mempengaruhi
perkembangan bahasanya dalam batasan waktu yang tertentu. Keterlambatan
perkembangan bahasa berkaitan dengan faktor penyakit yang di derita. Sebagai buktinya, bahwa bermacam penyakit dapat mempengaruhi
proses kalam yang dapat mempengaruhi pada keterlambatan bahasa. Misalnya, ketulian
yang di derita oleh seorang anak bisa mengubah lafadz
dan ungkapan, serta makhrajnya menjadi kabur (tidak begitu jelas).
e. Sikap
Perlawanan
Sejatinya, orang tua mendidik anak-anaknya berbicara jika sudah memasuki
usia kematangan anak tersebut. Namun, ada
sebagian orang tua yang mendidik anak-anaknya untuk
berbicara belum pada
saatnya dan anak tersebut belum bisa menerima pengalaman baru. Cara ini akan
menimbulkan kontra antara anak dan pembicaraan serta semua komponen yang
terkait. Akhirnya, ketika anak sudah siap menerima cara tersebut ia akan lemah dalam
berbicara, sebab metode yang seharusnya diterapakan pada saat usia anak sudah
mencapai kematangan, malah diterapkan lebih dulu (sebelum sampai pada usia
kematangan).
f.
Dualisme Bahasa
Anak kecil
tidak bisa di paksakan untuk memempelajari dua
bahasa sekaligus secara bersamaan. Karena bahasa memiliki sifat dan karakter
tersendiri, dan juga bahasa anatara yang satu dengan yang lainnya akan
tercampur apabila diajarkan secara bersamaan, sehingga akan sulit dalam melafalkan
suatu bahasa.
g.
Perbedaan Jenis Kelamin
Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa perbedaan kemampuan bahasa antara lain; anak laki-laki mulai bisa
berbicara pada usia 15,7 bulan (Meed, 1993: 460/484). Sedangkan anak perempuan
mulai berbicara sejak usia 14,8 bulan (Mc. Charty, 1930: 476/581). Dengan
persentase anak laki-laki 14% dan
perempuan 38% pada usia 18 bulan. Namun anak wanita menunjukan perkembangan yang lebih cepat
daripada anak laki-laki.
C.
KESIMPULAN
Dari urain di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwasanya kegiatan
berbahasa bukanlah kegiatan manusia yang berdiri sendiri, sebab dalam kegiatan
itu selalu tersangkut pula dengan kegiatan yang lain. Selanjutnya, bahasa
tersebut akan selalu mengalami perubahan, baik dalam segi penggunaan atau
perkembangannya seiring dengan bergantinya zaman dan generasi pemakai dari
bahasa itu sendiri.
Perubahan ini terjadi akibat adanya faktor yang
mempengaruhinya, diantaranya yaitu faktor intelegensi, keadaan lingkungan,
keadaan fisik, perbedaan jenis kelamin dari pengujar bahasa tersebut, serta
adanya dualisme bahasa selama proses pengajaran bahasa itu berlangsung.
سيد أحمد منصور, عبد
المجيد. 1982.
علم اللغة النفسي. الرياض: المملكة العربية السمردبة.
Rusyana, Yus.
1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: C.V.
Diponegoro.
http://speechclinic.wordpress.com/2009/04/25/penyebab-dan-faktor-resiko-keterlambatan-bicara/
http://teguhsubianto.blogspot.com/FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI-PERKEMBANGAN-BAHASA-PADA-ANAK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar