Sabtu, 03 Mei 2014

Kunci Sukses Menghadapi Kesulitan Hidup


Judul buku: Buku Saku Rahasia Kebahagiaan: Bekal Spiritual Orang Beriman Menghadapi Kesulitan Hidup
Penulis: Ibnu Qadhib al-Ban
Penerjemah: Fauzi Faisal Bahreisy
Penerbit: Zaman
Cetakan: Pertama, 2013
Tebal Buku: 192 halaman
ISBN: 978-602-1687-04-8
Peresensi: Wahyu Eko Sasmito, Mahasiswa di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel, Surabaya

Sebagaimana kita ketahui, hidup di dunia ini takkan pernah statis melainkan dinamis. Selalu berputar dan berganti. Tidak selamanya kita diliputi kesenangan dan kebahagiaan. Tapi, sesekali kita juga akan dirudung kesedihan dan kemiskinan. Keadaan seperti ini akan selalu silih berganti dalam kehidupan kita sehari-hari karena semuanya merupakan ujian dari Tuhan. Sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya: “Kami menguji kalian dengan kebaikan dan keburukan sebagai cobaan” (Al-Anbiya’: 35).

Dalam menghadapi ujian tersebut, setiap orang memiliki cara dan perspektif yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Ada yang menyimpang dari syari’at dan bahkan menyekutukan Allah tatkala mendapatkan musibah. Akan tetapi, ada pula yang semakin mendekatkan diri kepada Allah tatkala musibah menghampiri hidupnya. Hal ini tergantung seberapa beningnya pikiran dan seberapa bersihnya jiwa kita dalam menyikapi musibah tersebut.

Melalui buku setebal 192 halaman ini, Ibnu Qadhib al-Ban menghimpun berbagai hikmah dan riwayat, mulai dari ayat-ayat Al-Quran, hadis Nabi Muhammad SAW, perkataan para Sahabat, Tabi’in sampai pada para ilmuan muslim terkemuka seperti Ibnu Athaillah, Imam al-Ghozali dan lain sebagainya.

Selebihnya, di dalam menjabarkan hikmah atau riwayat tersebut, Sayyid Abdullah ibn Sayyid Muhammad al-Hijazi (nama asli dari Ibnu Qadhib al-Ban) selalu menyelipkan kisah-kisah inspiratif yang sesuai dengan tema permasalahan. Sehingga ketika kita membacanya, saat itu juga, seolah-olah kita diajak untuk merasakan secara langsung kejadian tersebut di dunia nyata. Hal inilah yang menjadikan buku ini sangat menarik untuk dibaca.

Sekumpulan kalam hikmah, riwayat dan beragam kisah inspiratif tersebut, secara garis besar menerangkan bagaimana caranya meraih kesuksesan dalam menghadapi beragam kesulitan hidup yang kita hadapi sehari-hari. Arti dari kesuksesan di sini bukan sekadar kesuksesan yang berbentuk materi (tercapainya keinginan atau impian) saja, melainkan kesuksesan yang bersifat hakiki. Yakni, tercapainya kesuksesan di dunia maupun akhirat. Kesuksesan yang mampu memberikan ketenangan jiwa, hati serta meningkatkan ketakwaan seorang hamba kepada Sang Maha Pencipta.

Misalnya, kisah Bazrajamhar yang dipenjarakan oleh Anusyirwan karena ia sering mengkritik kepemimpinannya (hlm. 29-31). Meski Bazrajamhar dipenjara di tempat yang sempit, gelap, serta hanya dikasih makan tidak lebih dari dua piring dan segelas air, ia tetap kelihatan bahagia. Hal ini membuat Anusyirwan menjadi tambah geram sekaligus penasaran. Akhirnya, ia pun memerintahkan pengawalnya untuk mencari tahu rahasia apa yang membuat Bazrajamhar tetap bahagia di tengah siksaan yang ia berikan.

Para pengawal itu pun akhirnya mendatangkan beberapa sahabat Bazrajamhar agar menanyakan perihal rahasia kebahagianya tersebut. Dari sinilah, rahasia itu dapat diketahui. Ternyata Bazrajamhar memiliki formula bahagia tersendiri untuk menghadapi beragam kesulitan hidupnya. Formula itu terdiri dari enam resep yang sangat mujarab, yaitu : Pertama, adalah yakin kepada Allah. Kedua, berprasangka baik kepada Allah dan yakin bahwa segala yang ditetapkan-Nya pasti terjadi. Ketiga, menjaga kesabaran. Keempat, menunjukkan rasa papa dan tidak berdaya. Kelima,  memperhatikan musibah lebih besar yang menimpa orang lain. Keenam, menantikan jalan keluar setiap waktu”.

Keenam resep di atas itulah yang dapat kita jadikan kunci untuk membuka pintu kesuksesan hakiki pada setiap musibah atau kesulita hidup yang kita hadapi. Dengan yakin kepada Allah, semua urusan yang kita hadapi akan dipermudah oleh-Nya. Karena semua yang terjadi di bumi ini datangnya dari Allah dan Dia pula yang mengahirinya. Untuk itu, sebagai bentuk konsekuensinya, kita harus bertawakal kepada-Nya. Wujud tawakal adalah menerima bagian yang telah ditetapkan untuk diri kita dan tak merisaukannya. Al-Imam al-Jawad r.a. berkata, “Siapa yang yakin kepada Allah, pastia Dia perlihatkan kegembiraan kepadanya. Siapa yang bertawakal kepada Allah, pasti Dia cukupi semua urusannya.”

Berprasangka baik kepada Allah merupakan konsekuensi yang berikutnya. Hal ini dapat kita wujudkan dengan mengingat karunia yang telah Allah anugerahkan kepada kita serta terus menantikan kebaikan yang akan Dia berikan. Karena hanya dengan berprasangka baik kepada-Nyalah kita akan mampu melihat hikmah atas musibah yang kita hadapi. Sebaliknya, jika kita berprasangka buruk kepada-Nya, yang ada jiwa dan perasaan kita akan dipenuhi amarah, gelisah, dan kekesalan kepada Allah, kemudian kita menuduh-Nya telah berbuat buruk kepada diri kita. Akibatnya, kita sering jatuh dalam kegelisahan dan putus asa ketika semua impian dan keinginan tidak terwujudkan. Kemudian kesedihan itu terus berlarut hingga akhirnya kita kesulitan melepaskan diri dari penderitaan dan cenderung lebih banyak melanggar dan berbuat dosa karena tidak bisa berprasangka baik kepada Allah.

Sabar merupakan senjata terbaik untuk menghadapi semua ujian. Sabar merupakan sumber kelapangan hati dan tangga untuk meraih tujuan (hlm 66). Nabi Muhammad SAW bersabda, “Bersama kemenangan ada kesabaran, bersama kesempitan ada jalan keluar, dan bersama kesulitan ada kemudahan.”

Berdo’a juga menjadi suatu keharusan ketika musibah menimpa diri kita. Karena do’a dapat merubah kadar (ketentuan) Allah. Do’a seorang hamba akan segera terkabulkan jika dalam berdo’a kepada Allah menunjukkan sikap papa dan tak berdaya kepada-Nya. Perlu diketahui, bahwasanya Allah itu mengabulkan do’a kita sesuai dengan kehendak dari-Nya, bukan kehendak dari kita. Bisa jadi apa yang kita anggap baik bagi diri kita itu jelek di mata Allah, dan begitu juga sebaliknya.

Untuk itu, lebih baik kita pasrah menerima keputusan dari-Nya kemudian bersabar dan seraya melihat musibah lebih besar yang menimpa orang lain agar kita mampu menerima semuanya dengan penuh keikhlasan dan keridoan. Di samping itu, kita harus senantiasa menantikan jalan keluar yang akan diberikan oleh Allah kepada diri kita. Namun, bukan berarti kita harus berpangku tangan, melainkan juga dibarengi dengan usaha yang baik. Yaitu usaha yang tidak melanggar norma-norma sosial dan agama. Karena sebaik-baik tawakal adalah yang dibarengi dengan usaha. Dengan demikian, jiwa dan perasaan kita akan merasa lebih tenang dan tidak penuh dengan kerisauan dikala menghadapi berbagai macam kesulitan.

Alhasil, buku ini sangatlah cocok untuk kita baca khususnya bagi yang tengah dirudung masalah dan selalu berlarut-larut di dalamnya. Karena, buku ini tidak hanya menjelaskan tentang bagaimana membentuk formula bahagia sebagai kunci meraih kesuksesan dalam menghadapi kesulitan saja. Tapi, buku ini juga menyuguhkan beragam kumpulan do’a pelipur lara sekaligus menerangkan tentang bagaimana caranya do’a-do’a yang kita panjatkan kepada Allah akan segera dikabulkan. Selamat membaca!  

Peresensi: Wahyu Eko Sasmito, Mahasiswa di Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Sunan Ampel, Surabaya. Resensi ini pernah dimuat di Wasathon.com, 14 April 2014.

1 komentar:

  1. Thanks infonya. Oiya ngomongin sukses, ternyata ada loh satu kemampuan penting yang harus kamu miliki jika mau meraih sukses. Tips ini dikasih tau langsung oleh miliarder ternama Warren Buffett. Yuk cek di sini: Kemampuan penting untuk sukses

    BalasHapus