Rabu, 09 Juli 2014

Mengingatkan Kematian dengan Cerita

Judul Buku: Dekapan Kematian, Saat Belahan Jiwa Pergi Meninggalkanmu
Penulis: Oki Setiana Dewi
Penerbit: Mizania, Bandung
Cetakan: III, Januari 2014
Tebal Buku: 235 halaman
ISBN: 978-602-9255-68-3
Peresensi: Wahyu Eko Sasmito, Penikmat Buku Sekaligus Mahasiswa UIN Sunan Ampel, Surabaya

Kematian merupakan suatu perihal yang pasti akan terjadi pada setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi ini. Kejadiannya tidak ada yang tahu kecuali hanya Allah Swt. Ketika kematian telah tiba waktunya, ia tak peduli terhadap ruang, keadaan, dan waktu. Dengan kata lain, terjadinya kematian itu tidak dapat dinegosiasi adanya.

Usia muda tak menjamin akan mati belakangan. Begitu pula sebaliknya, usia tua tak menjamin akan segera pulang kepada-Nya. Ketika kematian seseorang telah tiba saatnya, tempat persembunyian yang aman sekalipun tidak dapat digunakan untuk menghindarinya. Sebagaimana Allah Swt. telah berfirman, “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkanmu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS Al-Nisa’ [4]: 78).

Kematian adalah awal atau pintu gerbang menuju kehidupan abadi (hlm. 14). Sementara kehidupan di dunia ini hanyalah bersifat sementara. Segala keindahan, kenikmatan, kesenangan  yang ada di dalamnya hanya bersifat memperdaya. Dalam hal ini, Allah Swt. telah memperingatkan kita semua melalui firman-Nya dalam surat Ali Imran ayat 185: Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada Hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke surge, sungguh ia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia itui tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya.   

Berdasarkan ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa setelah kehidupan di dunia ini masih ada kehidupan yang lain, yaitu Hari Kiamat (akhirat). Akhirat merupakan tempat kehidupan yang abadi. Oleh karena itu, untuk menghadapi kehidupan yang abadi tersebut, kita dituntut untuk menyiapkan bekal yang cukup selama hidup di dunia ini. Yakni, selalu beribadah kepada Allah Swt., seperti mendirikan salat, membayar zakat, berpuasa, bershadaqah, dan beberapa amal kebaikan lainnya.

Namun, sayangnya tak semua orang yang hidup di dunia ini mempercayai adanya hal tersebut. Mereka menganggap bahwa hidup di dunia ini adalah kehidupan yang terakhir, sedangkan kematian merupakan akhir dari kehidupan itu sendiri. Sehingga, tak heran, jika dalam menjalani kehidupan di dunia ini mereka cenderung hidup berfoya-foya untuk memuaskan hawa nafsunya saja tanpa mempedulikan persiapan bekal untuk kehidupan di akhirat kelak.

Tak jauh berbeda, banyak juga orang yang mempercayai adanya kehidupan akhirat melakukan hal yang serupa, berfoya-foya dan memuaskan hawa nafsunya. Hal ini disebabkan karena mereka sering menyepelekan terhadap kehidupan itu sendiri. Meresa masih muda, sehat, kuat, mereka menganggap hidupnya masih lama lagi. Sehingga yang terjadi tidak lain hanyalah selalu ingin menunda dalam melakukan amal kebaikan. 

Melalui buku Dekapan Kematian, Saat Belahan Jiwa Pergi Meninggalkanmu ini, penulis hendak menyampaikan pesan kepada kita semua agar segera tersadar dari pemikiran yang keliru tersebut. Dan, mengajak kita semua untuk melakukan berbagai amal kebaikan yang sering kita tunda-tunda guna mempersiapkan bekal kehidupan selanjutnya pasca kematian.

Buku ini berisi kumpulan kisah nyata seputar kematian yang dialami oleh sahabat-sahabat penulis. Yang mana, dalam penyampaiannya menggunakan bahasa yang ringan dan mudah untuk difahami dengan alur cerita yang mengalir begitu saja, membuat kisah-kisah tersebut dapat mengetuk hati yang begitu dalam, sehingga dapat menyadarkan kita semua akan begitu dekatnya kematian itu dengan diri kita. Sewaktu-waktu, kematian dapat merenggut nyawa kita semaunya tanpa mempedulikan ruang, waktu dan keadaan kita.

Di samping itu, buku ini juga mengajarkan tetang bagaimana caranya menghadapi kematian secara bijak. Yakni, kita harus ridlo, sabar dan ikhlas bila suatu saat orang-orang yang kita cintai, baik itu ibu, bapak, adik, kakak, atau yang lainnya diambil oleh-Nya. Pada dasarnya kita ini milik Allah dan kepada-Nyalah kita akan kembali. Inna lillahi wa ina ilaihi raji’un. Selanjutnya, kita akan menemukan makna “selamat” yang hakiki melalui kisah-kisah yang telah dirangkai secara apik oleh penulis, yaitu baik mati maupun hidup, kita tetap berada di jalan Allah Swt.

Dimuat di Wasathon.com, 9 Juli 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar