Judul
Buku: Dekapan Kematian, Saat Belahan Jiwa Pergi Meninggalkanmu
Penulis:
Oki Setiana Dewi
Penerbit:
Mizania, Bandung
Cetakan:
III, Januari 2014
Tebal
Buku: 235 halaman
ISBN:
978-602-9255-68-3
Peresensi: Wahyu Eko Sasmito, Penikmat Buku Sekaligus Mahasiswa UIN Sunan Ampel, Surabaya
Peresensi: Wahyu Eko Sasmito, Penikmat Buku Sekaligus Mahasiswa UIN Sunan Ampel, Surabaya
Kematian
merupakan suatu perihal yang pasti akan terjadi pada setiap makhluk yang
bernyawa di muka bumi ini. Kejadiannya tidak ada yang tahu kecuali hanya Allah
Swt. Ketika kematian telah tiba waktunya, ia tak peduli terhadap ruang,
keadaan, dan waktu. Dengan kata lain, terjadinya kematian itu tidak dapat
dinegosiasi adanya.
Usia
muda tak menjamin akan mati belakangan. Begitu pula sebaliknya, usia tua tak
menjamin akan segera pulang kepada-Nya. Ketika kematian seseorang telah tiba
saatnya, tempat persembunyian yang aman sekalipun tidak dapat digunakan untuk
menghindarinya. Sebagaimana Allah Swt. telah berfirman, “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkanmu, kendatipun kamu
berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS Al-Nisa’ [4]: 78).
Kematian
adalah awal atau pintu gerbang menuju kehidupan abadi (hlm. 14). Sementara
kehidupan di dunia ini hanyalah bersifat sementara. Segala keindahan,
kenikmatan, kesenangan yang ada di
dalamnya hanya bersifat memperdaya. Dalam hal ini, Allah Swt. telah
memperingatkan kita semua melalui firman-Nya dalam surat Ali Imran ayat 185: Setiap
yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada Hari Kiamat sajalah diberikan
dengan sempurna balasanmu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke
surge, sungguh ia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia itui tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdaya.
Berdasarkan
ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa setelah kehidupan di dunia ini masih ada
kehidupan yang lain, yaitu Hari Kiamat (akhirat). Akhirat merupakan tempat
kehidupan yang abadi. Oleh karena itu, untuk menghadapi kehidupan yang abadi tersebut,
kita dituntut untuk menyiapkan bekal yang cukup selama hidup di dunia ini.
Yakni, selalu beribadah kepada Allah Swt., seperti mendirikan salat, membayar
zakat, berpuasa, bershadaqah, dan beberapa amal kebaikan lainnya.
Namun,
sayangnya tak semua orang yang hidup di dunia ini mempercayai adanya hal
tersebut. Mereka menganggap bahwa hidup di dunia ini adalah kehidupan yang
terakhir, sedangkan kematian merupakan akhir dari kehidupan itu sendiri.
Sehingga, tak heran, jika dalam menjalani kehidupan di dunia ini mereka
cenderung hidup berfoya-foya untuk memuaskan hawa nafsunya saja tanpa
mempedulikan persiapan bekal untuk kehidupan di akhirat kelak.
Tak
jauh berbeda, banyak juga orang yang mempercayai adanya kehidupan akhirat melakukan
hal yang serupa, berfoya-foya dan memuaskan hawa nafsunya. Hal ini disebabkan
karena mereka sering menyepelekan terhadap kehidupan itu sendiri. Meresa masih
muda, sehat, kuat, mereka menganggap hidupnya masih lama lagi. Sehingga yang
terjadi tidak lain hanyalah selalu ingin menunda dalam melakukan amal kebaikan.
Melalui
buku Dekapan Kematian, Saat Belahan Jiwa
Pergi Meninggalkanmu ini, penulis hendak menyampaikan pesan kepada kita
semua agar segera tersadar dari pemikiran yang keliru tersebut. Dan, mengajak
kita semua untuk melakukan berbagai amal kebaikan yang sering kita tunda-tunda
guna mempersiapkan bekal kehidupan selanjutnya pasca kematian.
Buku
ini berisi kumpulan kisah nyata seputar kematian yang dialami oleh
sahabat-sahabat penulis. Yang mana, dalam penyampaiannya menggunakan bahasa
yang ringan dan mudah untuk difahami dengan alur cerita yang mengalir begitu
saja, membuat kisah-kisah tersebut dapat mengetuk hati yang begitu dalam,
sehingga dapat menyadarkan kita semua akan begitu dekatnya kematian itu dengan
diri kita. Sewaktu-waktu, kematian dapat merenggut nyawa kita semaunya tanpa
mempedulikan ruang, waktu dan keadaan kita.
Di
samping itu, buku ini juga mengajarkan tetang bagaimana caranya menghadapi
kematian secara bijak. Yakni, kita harus ridlo, sabar dan ikhlas bila suatu
saat orang-orang yang kita cintai, baik itu ibu, bapak, adik, kakak, atau yang
lainnya diambil oleh-Nya. Pada dasarnya kita ini milik Allah dan kepada-Nyalah
kita akan kembali. Inna lillahi wa ina
ilaihi raji’un. Selanjutnya, kita akan menemukan makna “selamat” yang
hakiki melalui kisah-kisah yang telah dirangkai secara apik oleh penulis, yaitu
baik mati maupun hidup, kita tetap berada di jalan Allah Swt.
Dimuat di Wasathon.com, 9 Juli 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar