Judul Buku: Perempuan Dambaan Al-Qur’an
Penulis: Gayatri Ida Susanti
Penerbit: Mizania
Cetakan: I, 2014
Tebal Buku: 163 halaman
ISBN: 978-602-1337-06-6
Tampil cantik pada setiap waktu adalah dambaan setiap perempuan.
Karena, menampilkan semua kecantikan yang dimilikinya merupakan fitrah atau
pembawaannya. Dapat dikatakan bahwa kecantikan termasuk senjata terhandal yang
dimiliki oleh perempuan. Dengan bermodal kecantikan, perempuan bisa mendapatkan
segala sesuatu yang mereka inginkan.
Untuk itu, tak heran jika ingin berpenampilan cantik, perempuan
berjuang dengan pergi ke salon kecantikan, ke butik untuk mencari pakaian, ke
toko aksesoris untuk mencari hiasan tubuh (seperti bros, ikat rambut, gelang,
kalung, cincin, dan lain sebagainya). Sebagian ada yang memermak penampilannya
dengan cara yang menyalahi aturan agama, misalnya melakukan operasi plastik
untuk memancungkang hidung, mengubah bentuk bibir, atau mengoperasi wajah
keseluruhan dan bagian-bagian tubuh yang lain agar terlihat lebih kelihatan proporsional.
Bahkan, ada yang nekad pergi ke klenik untuk dipasangi susuk agar
terlihat aura kecantikannya.
Menjaga kecantikan fisik (tubuh) memang perlu kita perhatikan.
Karena hal tersebut merupakan salah satu cara untuk mensyukuri nikmat Allah SWT
yang telah diberikan kepada kita semua. Namun, jika cara yang digunakan itu
melanggar aturan agama sungguh sangatlah tidak baik dan wajib kita hindari. Hal
itu dapat merugikan diri kita sendiri baik di dunia maupun di akhirat kelak. Secara
sederhana, bersyukur sama halnya dengan ucapan terima kasih kepada orang yang
telah membarikan sesuatu kepada kita. Dan, cara terbaik untuk mengungkapkan
rasa terima kasih adalah kita membalasnya dengan sesuatu yang baik pula,
sesuatu yang dapat menyenangkan atau membahagiakan sang pemberi. Bukan malah
sebaliknya, melakukan sesuatu yang dapat memantik kemarahan atau kebenciannya.
Melalui buku Perempuan Dambaan Al-Qur’an ini, Gayatri Ida
Susanti menerangkan secara gamblang tentang trik-trik mempercantik diri secara
syar’i (melalui beberapa amalan ibadah, seperti shalat, puasa, zakat, shodaqoh,
dzikir, dll). Dengan bahasa yang ringan, Gayatri mampu menerangkan kepada para
pembaca perihal bagaimana hubungan antara beberapa macam amalan ibadah tersebut
dapat mempengaruhi kecantikan seseorang secara ilmiah.
Ibadah shalat misalnya, seseorang yang melaksanakan shalat karena
Allah dengan khusuk kebutuhan ruhiahnya akan terpenuhi. Dan, terpenuhinya
kebutuhan ruhiah (kenyamanan psikologis) ini akan menimbulkan efek ketenangan
jiwa dan kedamaian. Kedamaian dan ketenangan jiwa itu akan memancar pada wajah.
Bisa dibuktikan bahwa orang yang shalatnya baik, wajahnya enak dilihat: teduh
dan sejuk (halaman 42-43).
Puasa juga penting untuk keindahan dan kecantikan diri. Prof. H. M.
Hembing Wijayakusuma menerangkan bahwa puasa dapat menjadikan kulit orang yang
melakukannya lebih segar dan lembut. Bagaimana bisa? Bisa, karena ketika
seseorang sedang berpuasa, berarti tubuh kekurangan kalori atau energi. Ketika
tubuh kekurangan kalori, tubuh akan membongkar makanan dari sel-sel tubuh.
Bersamaan dengan pembongkaran sari makanan di tingkat sel, racun-racun di sel
juga akan terurai. Racun-racun ini akan diangkut dan dikeluarkan melalui
organ-organ ekskresi (organ yang tugasnya mengeluarkan racun atau
kotoran dari tubuh), sehingga ketika sel terbebas dari racun, secara otomatis
kulit akan menjadi lebih mulus dan cantik (halaman 104-106).
Mempercantik diri secara syar’i inilah yang akan menuntun kita
kepada makna kecantikan diri yang hakiki. Kecantikan diri yang hakiki itu tak
selalu bertumpu pada hal-hal yang bersifat fisik saja, melainkan juga merujuk
pada kebaikan akhlak dan juga ketebalan iman seseorang. Bayangkan saja, ada seorang
yang berparas cantik misalnya, tetapi ia memiliki perilaku yang jelek, suka
cemberut, suka marah-marah dan sedikit senyum, ia akan dikucilkan oleh banyak
orang. Dekat dengannya laksana duduk di atas duri yang ingin segera pergi.
Karena, keberadaannya membuat kita merasa tidak nyaman atau penuh dengan
kegelisahan. Beda halnya dengan orang yang berparas cantik, berakhlak baik, murah
senyum, penyabar, sopan, dan jujur, dekat dengannya bagaikan berteduh di bawah
pohon yang rindang dengan tiupan angin sepoi-sepoi sejuk nan menentramkan.
Selain beberapa trik mempercantik diri seperti telah dijelaskan di
atas, penulis juga memberikan penjelasan tentang beberapa amalan fisik khusus
untuk kecantikan yang tidak bertentangan dengan agama. Di samping itu, pada bab
terakhir dalam buku ini, penulis memberikan peringatan kepada kita semua
mengenai perihal cara mempercantik diri yang diharamkan oleh agama. Dengan
demikian, buku ini sangat cocok untuk dibaca khususnya bagi kaum hawa agar di
dalam mempercantik dirinya itu tidak melanggar syari’at agama. Merawat dan
menjaga kencantikan diri itu memang penting, tapi merawat dan menjaga
kecantikan diri secara syar’i itu jauh lebih penting.
Tulisan ini juga pernah dipublikasikan di Wasathon.com pada 31 Maret 2015.