Apa yang terlintas dalam benak kita ketika
kita berbicara tentang “Mahasiswa”? jika berbicara tentang mahasiswa berarti
berbicara tentang perubahan, berbicara tentang perubahan berarti berbicara tentang
mahsiswa.
Hal tersebut merupakan hal yang wajar,
mengingat berbagai gelar dan status yang disandangkan kepadanya, yaitu sebagai
agen perubahan ( agent of change ), iron stock dan social control.
Mahasiswa sebagai agent of change
memiliki artian bahwasanya ia terbuka dengan segala perubahan yang terjadi di
tengah masyarakat sekaligus menjadi subjek dan atau objek perubahan itu
sendiri. Dengan kata lain mahasiswa adalah aktor dan sutradara dalam sebuah
pagelaran yang bertitelkan perubahan.
Selain itu, dalam kehidupan masyarakat
mahasiswa dinilai lebih, dalam hal wawasan dan keintelektualitasan serta mereka
marupakan tumpuan masyarakat dalam membangun sebuah perubahan yang lebih baik.
Oleh sebab itu kehadiran mahasiswa sangat berharga dalam kancah kehidupan
bermasyarakat untuk menjadi seorang pemimpin di masa yang akan datang.
Banyak juga orang yang meragukan eksistensi
mahasiswa dalam mewujudkan sebuah perubahan di tengah masyarakat karena
sekarang ini banyak mahasiswa yang kuliah hanya dibuat sebagai agenda ngumpul-ngumpul
bersama teman sekampusnya, dan mayoritas mahasiswa sekarang ini kuliah hanya
sekedar mencari ijazah dan nilai saja yang mana dikeesokan hari setelah mereka
lulus kuliah dapat digunakan untuk mencari pekerjaan yang hanya dapat bermanfaat
bagi diri-sendiri dan keluarganya, sedangkan untuk pengabdian terhadap
masyarakat hampir sudah tidak dapat dijumpai lagi di zaman sekarang ini.
Dengan demikian, sikap peka dan peduli
kepada masyarakat yang merupakan hal yang paling penting dalam melakukan sebuah
perubahan, lama- kelamaan semakin tidak nampak pada diri mahasiswa tersebut,
mereka hanya mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan masyarakat.
Dari sinilah mulai muncul keraguan masyarakat terhadap eksistensi mahasiswa
dalam melakukan sebuah perubahan. Namun tak dapat dipungkiri bahwa mahasiswalah
yang paling eksis dalam membuat sebuah perubahan di tengah masyarakat. Sebagai
contoh, kemerdekaan Indonesia secara de yure tak lepas dari peranan mahasiswa
dalam memperjuangkanya. Begitu juga dengan runtuhnya rezim diktator orde baru
pada tahun 1998 juga tak lepas dari peranan mahasiswa dalam memperjuangkanya.
Namun, mahasiswa zaman sekarang ini jauh berbeda dengan mahasiswa zaman dahulu
yang semangat dan ikhlas dalam mengabdi pada masyarakat. Kini telah berubah
seperti halnya yang telah penulis utarakan diatas.
Peran mahasiswa sebagai agent of change,
iron stock, dan social control mengharuskan mahasiswa harus melek
dan peduli dengan lingkungan, sehingga ia akan mudah menyadari semua
permasalahan yang ada di tengah masyarakat. Karena bagimanapun, hanya mahasiswa
yang sadar dengan keadaanlah yang mampu dan layak mengusung sebuah perubahan. Oleh karena itu untuk menjadi seorang
mahasiswa yang melek dan peduli dengan lingkungan ia dapat melakukanya dengan “olah
rasa”. Terkait dengan hal tersebut, para leluhur bangsa kita tempo dulu
berpesan kepada para generasi muda, agar setiap diri mempunyai “rasa” yang
tinggi, yang tertuang dalam “tribrata” (tiga sikap kesatria), yaitu, Handarbeni,
artinya ikut merasa memiliki. Dalam hal ini, mahasiswa sebagai pemimpin masa
depan ia harus menjaga dan merawat masyarakat bahkan bangsa yang dipimpin ini
sebagai miliknya sendiri, memperhatikan masalah yang dihadapi oleh
masyarakatnya, menumbuhkan rasa seakan ia juga ikut merasakan seperti apa yang
masyarakat rasakan serta dapat memunculkan rasa empati pada dirinya terhadap
penderitaan yang dirasakan masyarakat. Selanjutnya yaitu Hangrungkebi,
artinya membela dan mempertahankan. Ketika ia sudah merasa memiliki, maka ia
mempunyai kewajiban untuk menjaga dan mempertahankan masyarakat bahkan bangsa
yang ia pimpin. Yang terakhir, Mulat Sariro Angroso Wani, artinya mau
introspeksi diri, tahu diri dan tidak takut dikritik. Sebagai pemimpin ia harus
mau berkaca, malihat apa kekurangan pada dirinya, dan menerima dengan lapang
dada semua kritik dan saran tentang dirinya.
Dengan demikian, sebagai mahasiswa pemimpin
masa depan bangsa Indonesia, seharusnya kita selalu melatih diri kita untuk
mempraktekkan pesan dari para leluhur bangsa kita tersebut sebagai sarana
melatih diri kita menjadi seorang pemimpin bangsa yang bijak, jujur, bertanggung
jawab, serta dapat menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia. Semoga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar